Artikel 1435 ini tersedia dalam bentuk buletin pdf siap cetak. Klik disini untuk mengunduh
Para pembaca yang dirahmati Allah, musibah yang sering melanda, bencana yang tak kunjung reda, itu disebabkan karena dosa dan kemaksiatan kita kepada Allah Ta’ala. Akan tetapi sayang, hampir tidak pernah kita dengar dari para pakar bencana kecuali sebab-sebab fisik, mengapa terjadi gempa, letusan gunung, tsunami, dan lainnya. Hampir tidak ada yang mengaitkannya dengan ulah perbuatan manusia dalam bingkai agama, termasuk juga mereka yang dikatakan sebagai para sarjana agama. Bahkan mereka terkesan melecehkan orang-orang yang mengaitkan antara bencana dengan perbuatan manusia. Padahal sejatinya ada kaitan antara dua hal tersebut.
Allah berfirman (yang artinya,),”Dan musibah apa saja yang menimpa kalian maka itu disebabkan karena perbuatan tangan kalian, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan tersebut)”(QS. Asy Syuuraa : 30)
Jangan sampai kita diadzab oleh Allah Ta’ala sebagaimana adzab yang telah ditimpakan kepada kaum-kaum sebelum kita, karena kezhaliman-kezhaliman mereka.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kalian ketika mereka berbuat kezhaliman, padahal para rasul telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah Kami membalas orang-orang yang berbuat dosa. Kemudian, Kami menjadikan kalian sebagai pengganti-pengganti mereka di muka bumi supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat.” (QS. Yunus: 13-14)
Tidaklah suatu kezhaliman dilakukan melainkan akan menimbulkan bencana. Dan sebesar-besar kezhaliman yang dilakukan seorang hamba adalah menyekutukan Allah (Syirik) dengan selain-Nya. Ia beribadah tidak hanya kepada Allah semata, namun juga kepada selain Allah Ta’ala. Mereka menyembah kuburan, patung-patung, penguasa laut, gunung, pohon dan lain sebagainya yang sama sekali tidak dapat memberikan manfaat bagi mereka ataupun memberi musibah untuk mereka. Mereka tidak meminta sesuatu hanya kepada Allah, namun juga meminta kepada benda mati yang sama sekali tidak bisa mendengar terlebih lagi mengabulkan permohonan mereka.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah sebenar-benar kezaliman yang amat besar”.” (QS. Luqman: 13).
“Janganlah kamu berdoa (beribadah) kepada selain Allah, sesuatu yang jelas tidak kuasa memberikan manfaat dan madharat kepadamu. Kalau kamu tetap melakukannya maka kamu benar-benar termasuk orang yang berbuat zalim.” (QS. Yunus: 106)
Syirik adalah sebab kehancuran umat
Jika kita telusuri kisah-kisah umat terdahulu yang jatuh ke dalam kehancuran, maka kitakan dapati mereka adalah orang-orang yang telah berbuat syirik kepada Allah. Mereka menyekutukan Allah dengan selain-Nya dan mereka lebih mendahulukan hawa nafsu dari beriman kepada Allah Ta’ala.
Lihatlah kehancuran kaum Nabi Nuh yang disebabkan karena kesyirikan dan keangkuhan mereka. Allah berfirman (yang artinya), “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya)“. (QS. Al A’raf:64)
Lihat pula kehancuran kaum Nabi Hud yang juga disebabkan kesyirikan dan kufur nikmat mereka. Allah mengisahkan perdebatan antara Nabi Hud ‘alaihissalam dengan kaumnya dalam firman-Nya surat Al A’raf ayat 70-71 (yang artinya),
Mereka berkata, “Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami?, maka datangkanlah adzab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.
Ia (Hud) berkata, “Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa adzab dan kemarahan dari Rabb–mu. Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenekmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu. Maka tunggulah (adzab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kamu“.
Dalam ayat yang lain, Allah telah mengabarkan kehancuran mereka. Allah berfirman (yang artinya), “Maka tatkala mereka melihat adzab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”.(Bukan)! Bahkan itulah adzab yang kamu minta supaya datang dengan segera, (yaitu) angin yang mengandung adzab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabbnya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa” (QS. Al Ahqaf:24-25)
Dan semua kisah-kisah lainnya akan kehancuran kaum terdahulu adalah berawal karena kesyirikan yang telah mereka lakukan.
Bahaya kesyirikan
Kesyirikan tidaklah sebatas seseorang menyembah kepada berhala atau mengakui adanya pencipta selain Allah Ta’ala, akan tetapi mempunyai makna yang lebih luas dari itu semua. Jika suatu peribadatan dipalingkan kepada selain Allah Ta’ala, maka ia telah berbuat syirik. Entah itu ditujukan kepada malaikat, orang sholeh, Nabi, wali, jin atau selainnya, maka ia telah melakukan kesyirikan.
Dan kesyirikan mempunyai dampak yang sangat besar kepada pribadi seseorang, masyarakat, bahkan suatu negara. Diantara bahaya kesyirikan yang dapat dirasakan di dunia
- Hilangnya rasa aman dan munculnya kekhawatiran dalam hati
Allah berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al An’am: 82).
- Tersesatnya ia di dunia dan di akhirat
Orang yang senantiasa dalam kesyirikan, maka ia tidak akan mengetahui hakikat kebenaran, yang akhirnya ia akan tersesat di dalam kehidupan, terlebih di akhirat kemudian. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya” (QS. An Nisa’: 116).
- Syirik penyebab siksa dan murka Allah
Allah berfirman (yang artinya), “Jikalau sekiranya penduduk-penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. AlA’raf: 96).
- Syirik penyebab kehancuran seseorang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Jauhilah tujuh hal yang menghancurkan (membinasakan)” . Bertanya para sahabat, apa itu ya Rasulullah? Bersabda beliau: “Syirik (menyekutukan Allah), membunuh jiwa yang Allah haramkan, kecuali yang dibenarkan syari’at, sihir (tenung dan santet), memakan riba, memakan (menyelewengkan) harta anak yatim, lari dari pertempuran (karena takut), menuduh wanita baik-baik berzina”. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Kesyirikan akan menimbulkan permusuhan dengan orang yang beriman.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka” (QS. Al Mujadilah: 22)
- Kesyirikan akan menjadikan pelakunya hidup dalam kesempitan
Allah berfirman (yang artinya,): “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 124).
Penutup
Tidak ada sebab yang membuat seseorang tertimpa musibah yang lebih besar daripada kesyirikan. Dan kesyirikan adalah penghalang kita dari surga yang telah Allah janjikan, serta menjadi tabir bagi diri kita untuk dapat melihat wajah AllahTa’ala nan mulia. Allah berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabb nya, hendaklah ia mengerjakan amal-amal yang shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah.” (QS. AlKahfi:110)
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah Ta’ala dan semoga kita senantiasa berdo’a kepada Allah agar dijauhkan dari kesyirikan sebagaimana doa Nabi Ibrahim (yang artinya), “Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim : 35)
Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Penulis : Rian Permana, S.T. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA
ditulis ulang dari Buletin At Tauhid Edisi 11 Tahun X